#1 Perkenalan kami dimulai pada tahun 2014, tidak lantas membuat kami dekat secara fisik, namun komunikasi kami di dunia maya pada tahun 2015 menjadi lebih intens. Kami sering bertukar kabar, bercerita tentang impian dan kekecewaan, bahkan berdebat ringan tentang topik-topik umum. Hubungan kami berada dalam fase abu-abu, sebuah ikatan emosional tanpa label, tanpa mengetahui arahnya akan kemana.
#2 Ego kami berdua sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah, membuat kami melalui bertahun-tahun dengan banyak berselisih paham yang berulang. Kami berdua memilih bertahan pada posisi masing-masing. Kami memilih lebih fokus pada siapa yang benar daripada mencari solusi. Ketidakdewasaan tercermin dari silent treatment yang berlangsung beberapa waktu yang cukup lama.
#3 Kami berdua memiliki ego yang dominan yang memprioritaskan “kebenaran” diri sendiri di atas “kedamaian” hubungan. Setiap pertengkaran adalah ajang bagi kami untuk menang, bukan untuk memahami. Ini membuat masalah sekecil apa pun selalu menjadi bom waktu bagi kami. Seiring berjalannya waktu, kami mulai menyadari bahwa konflik terbesar dari kami berdua bukanlah karena ketidakcocokan, tetapi karena kami belum cukup dewasa untuk mengelola perbedaan, pada akhirnya kami membuat sebuah janji.
#4 Keputusan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius muncul dari kesadaran pahit ini. Kami menyadari bahwa hubungan kami tidak akan pernah bebas dari konflik karena perbedaan kami sangat mendasar—tapi justru di situlah letak kekuatannya. Kami memilih untuk menikah bukan karena kami sudah dewasa, tetapi karena kami memilih komitmen sebagai wadah untuk saling mendewasakan dan mengubur ego yang kekanak-kanakan di masa lalu.
* Pastikan nama dan nomor rekening sudah sesuai dengan nama mempelai ketika melakukan proses transfer.
* Mohon untuk melakukan konfirmasi hadiah anda dengan mengirim bukti transfer/ resi pengiriman kepada mempelai melalui personal message. Terima kasih.